Bidadari adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah Dengan
cirinya yang sangat istimewa. Bidadari diciptakan secara khusus sebagai balasan
bagi hamba Allah yang memenuhi kriteria kelayakan sebagai penghuni surga. Para
penghuni surga inilah yang akan mendapatkan tempat yang nyaman dan indah serta
pelayanan yang serba memuaskan, baik untuk kepuasan yang bersifat batiniah dan
hakiki. Bidadari diciptakan dengan segala keindahannya untuk memenuhi segala
keinginan para penghuni surga.
Dalam sebuah riwayat dinyatakan bahwa bidadari diciptakan dari
minyak za’faran yang sangat harum
semerbak, sebagaimana riwayat dari Anas
Seandainya
seorang bidadari meludah di tujuh samudera, niscaya samudera tersebut akan
tawar, saking manisnya mulut bidadari, karena bidadari itu terbuat dari minyak
za’faran.
Jika
manusia yang diciptakan dari tanah saja bisa memiliki tubuh yang sangat indah,
paras wajah dan kulit yang mempesona, sehingga manusia tertarik dan tergoda
oleh keindahan sesama manusia, terlebih kepada lawan jenisnya, maka bagaimana
gerangan sikap manusia terhadap bidadari terbuat dari za’faran?
Menurut pendapat Syaikh Ahmad Nawawi
asy-Syafi’I dalam kitab Nurudholam, bidadari berasal dari kata hurun yang berarti bidadari. Bidadari
merupakan makluk Tuhan yang bukan malaikat dan bukan juga manusia. Demikian
juga, bentuknya berbeda-beda. Sebelum kiamat datang, semua bidadari ditempatkan
di langit dan kemudian akan dikirim ke surga kelak pada saat yang telah
ditentukan. Dalam Kitab Nuruldholam
ini dikatakan bahwa bidadari termasuk jenis makluk yang diciptakan dari jenis
cahaya (nur) yang sifatnya sangat lembut dan memilik ruh sebagaimana manusia.
Ketika kiamat datang, semua makluk akan mati termasuk
keberadaan malaikat malaikat, jin, syaitan, iblis dan manusia dan seluruh
makhluk yang ada. Hanya beberapa malaikat penjaga ‘arasy sajalah yang tidak akan mati.
Secara bahasa, bidadari tidak ada dalam kamus bahasa Arab.
Akan tetapi menggunakan bahasa lain dari bidadari. Di sisi lain, dalam istilah
bahasa Jawa bidadari lazim disebutkan dalam widodari
yang disamakan dengan keadaan kaum perempuan. Sementara itu, dalam Al-Qur’an
bidadari diterangkan dalam berbagai gaya bahasa yang mengandung
perumpamaan-perumpamaan yang indah. Bidadari digambarkan sebagai istri yang
selamanya berada dalam keadaan perawan. Selain itu, para bidadari ini juga
tidak mengalami haid dan hamil. Diantaranya al-Qur’ran menyebutkan azwaajan muthahharah atau istri-istri
yangdisucikan:
Katakanlah,
“inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari demikian itu?” Untuk
orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang
mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. Dan (mereka
dikaruniai) istri-istri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah maha
Melihat akan hamba-hamba-Nya (QS. Ali’Imran :15)
Ada
beberapa ayat lain dalam Al-Qur’an yang menggambarkan tentang keindahan
bidadari. Dalam bagian ini, penulis
mengajak pembaca untuk membahas hal tersebut lebih jauh.
Firman
Allah SWT:
Di sisi
mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita matanya.
(QS. Ash-Shaaffaat:48)
Dan Kami
kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli. (QS.
Ath-Thuur:20)
Dan pada
sisi mereka (ada bidadari-bidadari) yang tidak liar pandangannya dan sebaya
umurnya (QS. Shaad: 52)
Di dalam
surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukan pandangannya, tidak
pernah sentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi
suami mereka), dan tidak pula oleh jin. (QS. Ar-Rahman: 56)
Seakan-akan
bidadari itu permata yaqut dan marjan. (QS. Ar-rahmaan :58)
(Bidadari-bidadari)
yang jelita, putih bersih, dipingit dalam rumah (QS. Ar-Rahmaan:72)
Berdasarkan
pada beberapa ayat al-Qur’an di atas tampaknya penafsiran tentang bidadari,
pada akhirnya, disamakan dengan keberadaan perempuan cantik jelita, meskipun
secara tekstual beberapa ayat yang menerangkan bidadari tersebut merupakan ayat
yang mengandung kerangka normati semata, tapi penafsiran tentang bidadari
tersebut seakan-akan telah menyepakatinya sebagai perempuan cantik.
Jika diteliti
lebih jauh, makna dari hurun’ain adalah
sesuatu yang jika dipandang dapat mendatangkan kesejukan dan kedamaian. Sementara
itu, tafsir yang umum dikaitkan dengan hurun’ain hanya dapat diwakilkan oleh
kaum perempuan yang cantik, padahal perempuan yang cantik bukan satu-satunya
sarana yang dapat membuat seseorang merasa damai ketika memandangnya.
Kalau
kita mau lebih jujur, tidak sedikit manusia yang justru akan tidak tenang dan
tidak nyaman hatinya ketika memandang perempuan cantik. Sehingga, menurut
penulis, pemaknaan bidadari dalam teks Al-Quran tidak bisa serta-merta dimaknai
secara sepihak oleh kaum laki-laki karena penafsiran sedemikian hanya akan
mendiskreditkan kaum perempuan.
Allah
Swt. Memang telah menciptakan ketertarikan kepada perempuan secara biologis
pada diri manusia, akan tetapi tidak berarti hal tersebut dapat dijadikan sebagai
pembenaran atas diskriminasi terhadap kaum perempuan, dengan menempatkan mereka
sebatas hanya pemuas nafsu belaka. Ada baiknya kita menyimak salah satu ayat
Al-Quran yang membenarkan penciptaan kecintaan manusia kepada perempuan.
Firman
Allah Swt. :
Dijadikan
indah pada (pandangan ) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu
:perempuan-perempuaan, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak,
kuda piliha, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allahlah tempat
kembali yang baik (surga). (QS. Ali “Imran: 14)
Dari ayat
di atas dapat kita petik hikmah bahwa manusia mendapatkan ragam karunia untuk
dapat menjalani perannya di dunia, yaitu mencari keridhaan Allah Swt. Dengan
keridhaan tersebut, akan timbul pula kesadaran pada diri manusia bahwa dunia
hanya bersifat sementara dan akhiratlah tempat kembali yang abadi.
Kembali
ke makna hurun’ain sebagai sesuatu
yang jika di pandang dapat mendatangkan kesejukan dan kedamaian ketika
dipandang memang menjadi keinginan dan kerinduan bagi setiap orang, sehingga
Nabi Muhammad Saw. Menganjurkan umatnya untuk membaca salah satu doa yang
tercantum dalam Al-Qur’an:
Dan orang
yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kami kepada kami istri-istri kami
dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi
orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqaan:74)
Dalam doa
ini ada korelasi penting antara istri-istri yang dimiliki dan keluarga yang
menyenangkan dipandang dan mendatangkan kesejukan. Dalam bahasa Arab, makna qurrata a’yun tidak jauh berbeda dengan
makna hurun’ain.
Sehingga ,
menurut hemat penulis, dari doa yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad Saw. Ini dapat
pula dimaknai sebagai kenyataan bahwa kaum perempuan, termasuk istri-istri kita
juga, adalah bidadari yang dapat mendatangkan kedamaian, kebahagiaan dan kesenangan
jiwa ketika dipandang, sehingga sangat tepat jika perempuan di dunia yang dapat
mendatangkan kesejukan dan kedamaian ketika di pandang juga bagian dari bidadari
dunia, sebagaiman istri-istri Nabi Muhammad Saw.
Secara konkret
mendefinisikan tentang bidadari adalah pekerjaan yang sangat sulit karena
bidadari adalah makhluk gaib, akan tetapi, ciri-ciri fisik dan kepribadiannya
sangat jelas sebagaimana penjelasan-penjelasan Al-Qur’an . dalam salah satu
ayat di atas tadi disebutkan kalimat
yaqut dan marjan yang merupakan sejenis
permata, permata dengan segala keindahan dan pancaran sinar yang membuat kilau
indah dan mempesona seakan sulit kita bayangkan dalam wujudnya yang nyata
(sebagaimana yang digambarkan dalam pembahasan dibawah ini mengenai sifat-sifat
bidadari yang sensual, romantis dan penuh dengan gambaran yang nuansanya
menyentuh persoalan seksualitas dan biologis dan juga kecantikan yang lebih
dalam.
Bidadari juga
dijelaskan dalam beberapa ayat Al-Qur’an dan Al-Hadist Nabi Saw., antara lain
di jelaskan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Shahih Muslim :
Di dalam surga
terdapat pasar yang mereka datangi setiap Jumat. Kemudian angin utara berhembus
yang menerpa muka dan baju mereka. Maka mereka semakin tampan dan bagus. Kemudian
mereka kembali kepada istri mereka sedangkan mereka semakin tampan dan bagus. Maka
istri-istri mereka berkata kepada mereka, “Demi Allah, kalian semakin tampan
dan bagus.”
Hadist
ini menjelaskan keberadaan manusia yang masuk surga, yang akan berubah menjadi
semakin tampan wajah dan perangainya. Para penghuni surga akan berubah menjadi semakin
tampan dan akan awet muda. Demikian bidadari akan ditunjukkan sebagai makhluk
yang sempurna yang tampan dan cantik wajahnya.
Dalam
riwayat lain dalam kitab tirmidzi, bersabda Rasulullah Saw.:
Rombongan
pertama yang masuk surga pada hari kiamat adalah manusia yang wajah mereka
seperti sinar bulan di malam purnama. Rombongan ke dua adalah seperti bintang
terelok yang kilauan di langit. Setiap orang dari mereka mempunyai dua orang
istri dan setiap istri mempunyai 70 pakaian yang sumsum betisnya terlihat dari
belakang.
Begitulah bidadari digambarkan sangat elok dan
indah sebagai balasan dan pelayan bagi manusia yang menaati Allah Swt. Selain itu,
para bidadari itu juga sebagai pelayan manusia kelak di surga yang jumlahnya
mencapai ribuan pelayan dan puluhan istri yang semuanya di tempatkan dalam
sebuah tempat tinggal yang sangat mewan dan nyaman.
Sabda
Rasulullah Saw.:
Serendah-rendahnya
penghuni surga ialah yang mempunyai 80.000 pelayan dan 72 istri dan dipasang
baginya sebuah kubah dari mutiara, zabarjad dan yaqut seperti jarak antara
al-Jaabiyah hingga Sana’a
Anda jangan
membayangkan berapa banyaknya pelayan. Jumlah di atas merupakan jumlah yang
sangat banyak, bagaimana kita mengatur pelayan-pelayan itu agar tidak terjadi
tumpang-tindih tugas?
Demikian juga
jangan kita bayangkan jumlah istri manusia di surga yang begitu banyak. Bagaimana
manusia kelak mengatur pergiliran kegiatan bersama mereka? Apakah tidak akan
terjadi kecemburuan pada mereka?
Adapun bidadari
yang jumlahnya sebanyak itu diberikan kepada manusia yang menjalankan ibadah
dan mendapatkan keberuntungan dari Allah Swt. Bidadari itu mempunyai
sifat-sifat yang sangat mengasyikkan dan membuat manusia semakin betah tinggal
bersama mereka.
Sumber : Buku Misteri Bidadari Surga Hal 71-80 Oleh Nurul Mubin Penerbit Diva Press